“Perempuan, tak usahlah
sekolah tinggi-tinggi, toh nantinya kau akan berakhir di dapur, mengurus anak,
diam di rumah dengan sehelai daster yang bisa membuat kau dengan lincah kesana
kemari untuk berbenah setiap sisi ruangan”
Anggapan semacam itu,
memang masih berlaku bagi masyarakat-masyarakat Indonesia, khususnya di desa. Rata-rata
dari mereka menganggap bahwa pendidikan adalah hal nomor sekian dalam hidup,
apalagi untuk anak perempuan. Nantinya, anak perempuan akan hidup di balik
punggung suaminya, jadi, tidak ada salahnya jika anak perempuan tidak merasakan
bangku pendidikan tinggi.
Hal ini pula yang
dialami Fatikhah, gadis kelahiran 1995 ini merupakan anak sulung dari tiga
bersaudara. Berasal dari sebuah desa di daerah Jawa Tengah, lahir dari seorang
ayah yang bekerja sebagai buruh tani dan ibu yang hanya sebatas ibu rumah
tangga.
Dengan tekad yang kuat
untuk mencari kehidupan yang layak, Fatikhah memberanikan diri merantau ke
Jakarta. Niatnya memang untuk bekerja, selain itu ada keinginan besar pula
untuk merasakan kembali bangku pendidikan. Dalam sejarahnya, keluarga Fatikhah
memang belum ada yang mengenyam pendidikan tinggi.
Di usianya yang sudah menginjak
umur 20 tahun-an, Fatikhah terakhir kali merasakan bersekolah saat
dirinya di jenjang SMP. Beruntung pada saat itu, orang tuanya mengizinkan
bersekolah sampai SMP. Setelah lulus SMP? Tak usah, katanya. Tak usah lanjut ke
SMA. Selain karena anggapan bahwa anak perempuan tidak perlu bersekolah
tinggi-tinggi, di sisi lain juga terbentur karena masalah biaya. Hal ini,
akhirnya membuat Fathikah mengalah.
Tapi, kehidupan yang
Fatikhah inginkan adalah kehidupan baru yang lepas dari anggapan masyarakat
bahkan orang tuanya sendiri. Fatikhah ingin memperbaiki hidupnya.
Menjadi baby sitter, adalah hal yang dilakukan
Fatikhah di Jakarta. Ia bekerja pada keluarga yang baik dan memiliki pemikiran
yang sangat terbuka. Setelah sekian lama bekerja, timbul lagi keinginan kuat
untuk melanjutkan sekolah. Fatikhah menemukan PKBM Yayasan Pendidikan Anak Bangsa, yang bisa membuat ia
melanjutkan pendidikan bahkan mendapatkan ijazah setara SMA atau melalui Paket
C. Pusat Kegiatan
Belajar Masyarakat (PKBM) adalah suatu wadah berbagai kegiatan pembelajaran masyarakat diarahkan pada pemberdayaan potensi untuk menggerakkan pembangunan di bidang sosial, ekonomi, dan budaya. Tujuan PKBM, memperluas kesempatan warga masyarakat, khususnya yang tidak mampu untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap mental yang diperlukan untuk mengembangkan diri dan bekerja mencari nafkah.
Pada saat memutuskan
untuk kembali bersekolah di PKBM YPAB, Fatikhah pun merahasiakan hal ini kepada
kedua orang tuanya disana. Takut, katanya. Takut tidak diizinkan. Beruntung,
majikannya mendukung penuh keputusan Fatikhah untuk kembali bersekolah.
Sistem belajar PKBM
YPAB yang mengizinkan siswa-siswinya belajar secara mandiri, dan mewajibkan
setiap hari Sabtu belajar di sekolah pun tidak mengganggu pekerjaan Fatikhah
sebagai baby sitter. Fatikhah belajar
dari buku-buku, dan juga internet. Mengisi waktu senggangnya dengan belajar
sendiri. Dan bertekad untuk mendapatkan ijazah penyetaraan.
Di masa penghujung masa
sekolahnya, PKBM YPAB tempat Fatikhah bersekolah, bekerja sama dengan Ruangguru
dalam rangka membantu memajukan pendidikan Indonesia melalui teknologi dengan
memberikan bantuan berupa OTG, paket belajar, dan keanggotaan
ruanggurudigitalbootcamp yang dapat dimanfaatkan oleh seluruh siswa. Seluruh
siswa PKBM YPAB dapat dengan bebas mengakses video belajar di aplikasi
ruangguru melalui OTG, dan juga mampu berinteraksi dengan tutor via chat di
ruanggurudigitalbootcamp.
Semenjak saat itu,
Fatikhah semakin merasa terbantu. Buku-buku yang tadinya harus ia bawa sambil
menunggu anak-anak pulang sekolah, kini sudah bisa diganti dengan handphone saja. Fatikhah paling suka
belajar melalu video belajar karena menurutnya, videonya menarik, penjelasannya
baik, singkat, dan jelas sehingga ia dapat memahami materi pelajaran dengan
mudah. Selama persiapan menghadapi ujian pun, Fatikhah menggunakan metode
belajar versinya sendiri dan tentu dengan bantuan dari perangkat Ruangguru.
Selama bersekolah di
PKBM YPAB hingga hari H menjelang ujian, Fatikhah memang belum jujur dengan
orang tuanya tentang dirinya yang sedang bergelut menjadi pejuang ujain
kesetaraan Paket C. Menjelang UNBK, Fatikhah baru memberanikan diri untuk jujur
dengan orang tuanya bahwa selama ini ia bekerja sambil bersekolah dan akan
menghadapi ujian. Untuk itu, ia memohon maaf dan meminta restu dari kedua orang
tuanya agar diberikan kemudahan dalam menjalankan ujian kesetaraan tersebut.
Setelah berhasil lulus
dalam ujian paket C, satu lagi impian Fatikhah adalah melanjutkan pendidikan di
jenjang yang lebih tinggi lagi yakni bangku kuliah. Kali ini, tekadnya adalah
lulus Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri. Dalam persiapan menghadapi
SBMPTN, Fatikhah pun masih menggunakan Ruangguru untuk akses belajar
materi-materi SBMPTN.
“Selamat
Anda dinyatakan lulus seleksi SBMPTN 2018”
Pendidikan
Luar Biasa Universitas Negeri Jakarta
Siapa sangka, impian
Fatikhah untuk merasakan bangku kuliah terkabul. Dengan usaha dan doanya, ia
berhasil lolos tes SBMPTN.