Wednesday, January 11, 2017

Dinamika Tulisan Kak Dika


Potret buruk pendidikan Indonesia tercetak lagi akhir-akhir ini, mulai dari gerakan #SavePakDika yang tengah ramai di perbincangkan oleh jagat UNJ raya dan SMAN 13 Depok raya. Berawal dari tindakan kaka kelas saya (si Pak Kak Dika ini loh) yang memang begitu orangnya, yang emang setau saya ini orang memang kritis, vokal dalam menyuarakan kegelisahannya, berani, ah pokoknya tipe-tipe orang yang ada di barisan paling depan kalau ada masalah di kampus. Saya emang ngga terlalu kenal dekat sama sosok Kak Dika, yang saya tau dia pernah diundang ke Hitam Putih karena diangap membanggakan dengan latar belakang sebagai lulusan dari sekolah Master (Masjid Terminal) Depok, dan berhasil lulus ujian Paket C then kuliah di jurusan pendidikan sejarah UNJ. Dia juga pernah ngejabat jadi wakil ketua BEM, dia aktif nulis, dan dia kritis.
Jadi, masalah yang lagi rame sekarang itu adalah, si Kak Dika ini –yang memang masih berstatus mahasiswa akhir pendidikan sejarah FIS UNJ- sudah bekerja juga sebagai guru sejarah di SMAN 13 Depok. Baru jalan beberapa bulan, eh muridnya pada nyaman. Karena mungkin pembawaannya sebagai guru muda menjadi angin segar buat murid-murid jaman sekarang. Atau memang, cara penyampaian materi versi Pak Dika ini bisa terserap dengan baik dan bikin enjoy murid di pelajaran sejarah yang emang menurut beberapa anak merupakan pelajaran yang membosankan, toh?
Nah, beberapa bulan ngajar di SMA ini, ada beberapa hal yang menurut Kak Dika janggal dalam segi administrasi sekolah. Jadi, kegelisahan beliau ini memang berawal dari sesi curhat dengan beberapa siswanya yang mengeluhkan tentang beberapa pungutan yang sekolah mereka lakukan. Merasa jadi tempat curhat yang pas, ya Kak Dika ngga tinggal diam. Karena memang orangnya vokal, jadi dia berniat untuk menjembatani keluhan murid-murid ke pihak guru dan pemangku kepentingan lain di sekolah itu. Tapi, karena ngga di gubris, maka apa lagi yang bisa dia lakukan selain menulis surat terbuka, curhatan terbuka, keluhan terbuka, -ya semacamnya itu- di halaman tumblr punya nya, yang dari judulnya aja udah menarik perhatian, yaitu “Pendidikan kita memang kacau, adikku” (bisa di baca langsung di laman pribadi punya kak Dika andikaramadhanf.tumblr.com). Dahsyatnya, tulisan ini jadi viral, karena memang gaya tulisan kak Dika yang apik.
Lalu, ngga lama setelah tulisan ini di publish… Tiba-tiba secara mengejutkan, Kak Dika dapet kabar kalau dia ternyata di berhentikan sebagai guru sejarah di sekolah tersebut secara sepihak. Mekanisme pertahanan diri telah terjadi. Haha. Ya, sebagai pihak yang berkuasa tentu saja pihak sekolah bisa dengan mudahnya mengambil keputusan, sekalipun itu sepihak. Ngga berhenti sampai sini aja, ternyata murid-murid kak Dika yang udah pada nyaman sama kak Dika tadi ngga terima kalau guru favoritnya berhenti ngajarin mereka, apalagi setelah ditelisik, gara-gara tulisan itu lah guru mereka ini di pecat oleh sekolah. So, muncul kemudian gerakan #SavePakDika yang memang dipelopori oleh murid-murid sekolah itu sendiri. Walaahh. Susah ya dik adik kalo udah nyaman ma orang, bawaannya suseh di lepas?!
Heroik. Satu kata yang bisa gue gambarkan dalam part murid vs sekolah ini. Ya, ternyata pergerakan mereka tak hanya sebatas gerakan tagar (hashtag), tapi sampai melakukan aksi. Aksi coy!!! Dalam aksinya, mereka hanya ingin Pak Dika kembali mengajar mereka. How’s sweet things! *jadi kangen murid-murid pas magang. Hiks*. Nah aksi ini ternyata di tanggepin serius sama pihak sekolah, sampe-sampe pihak sekolah manggil om-om berseragam dan bersenjata untuk mengamankan eh, membubarkan aksi itu. Makin heroik. Nah, sejauh ini kasus ini masih berlanjut dan gue pun masih mantengin via medsos. Belom masuk tipi ae nih, biar lebih rame.
Sebenernya, ngalor ngidul ceritanya gue tentang Kak Dika daritadi intinya cuma pengen bilang kalau : “sebuah tulisan pun punya power”. Kalo dunia belom bisa denger teriakan lo, gapapa masih ada media lain selain mulut buat lo nyampein apa yang lo mau, nulis aja. Orang bakal mati, tapi tulisannya bakal abadi. Menulislah, maka kau akan di kenang. Kalau kau bukan anak raja, maka jadilah penulis. –quote tersebut gue dapet dari beberapa novel, obrolan, bacaan, dan terkenang-
Cerita dari atas sampe bawah ngga nyambung? Gapapa. Yang penting berfaedah dan ada pesannya. Yang penting nulis. Haha.
Sekian.
Share:

1 comment:

  1. Orang bakal mati, tapi tulisan akan abadi.saya suka tulisan kamu.terus berkarya kaka.jika kau tidak didengar oleh siapapun, menulislah.percayalah itu akan berguna

    ReplyDelete